Kamis, 23 Mei 2013

Pos TNI AL, Penjaga Wilayah Perbatasan Perairan Kepulauan Nias

 Letda Laut (P) TB Gunawan
Tugas pengamanan perairan Kepulauan Nias, selain Polairud, juga menjadi tanggung jawab TNI, yakni Pos TNI Angkatan Laut (Pos AL). Menjaga garis batas wilayah perairan kepulauan Nias tentu tidaklah mudah. Berbagai tantangan dan hambatan harus siap dihadapi oleh para personel TNI AL yang bertugas di Kepulauan Nias. Apa hambatan dan tantangan hadapi dalam menjaga kedaulatan NKRI di perairan kepulauan Nias?

Kepulauan Nias terletak di jajaran terdepan kepulauan Indonesia bagian barat. Provinsi Sumatera Utara mencatat ada sedikitnya 156 pulau berada di wilayah pantai barat. Kepulauan Nias pun dikepung oleh ratusan pulau kecil, baik berpenghuni maupun tidak berpenghuni.

Untuk kepulauan Nias tercatat memiliki sedikitnya 132 pulau. Dua di antaranya adalah pulau terdepan, yakni pulau Simuk dan pulau Wunga di Samudera Hindia yang berbatasan langsung dengan India.

Pos AL Gunungsitoli dan Pos AL Nias Selatan adalah bagian dari Pangkalan TNI AL (Lanal) Sibolga di bawah komando Letkol Laut (P) Ivan Gatot Prijianto, SE. Sebagai salah satu jajaran di bawah Komando Armada RI Wilayah Barat (Koarmabar). Keberadaan Posal memiliki arti penting dalam menjaga kedaulatan NKRI di wilayah perairan kepulauan Nias.

Khusus untuk Posal Gunungsitoli menjaga perairan Kabupaten Nias Barat—ada Pos AL Sirombu, Nias Utara—Pos AL Lahewa, Kabupaten Nias, dan Kota Gunungsitoli. Dengan didukung hanya dengan 7 personel TNI AL yang menjaga seluruh wilayah tersebut tentu bukanlah hal yang mudah.

Komandan Pos TNI AL Gunungsitoli Letda Laut (P) TB Gunawan, kepada NBC mengatakan, “Fungsi dan tugas TNI AL di kepulauan Nias adalah sebagai aparat militer angkatan laut tugasnya menjaga keamanan di perairan kepulauan Nias. Mengingat kepulauan Nias memiliki kekayaan laut yang luar biasa, serta letaknya yang langsung berhadapan dengan Samudra Hindia, membuat kepulauan Nias sangat rawan dengan keberadaan kapal-kapal asing yang melewati kepulauan Nias dengan tujuan yang beraneka ragam.”

Kerawanan Patut Diwaspadai

Belum lama ini kita telah mengetahui dari pemberitaan NBC tentang 58 pengungsi dari Sri Lanka yang terdampar di Pulau Wunga, Kecamatan Afulu, Kabupaten Nias Utara. Kepada NBC, TB Gunawan mengatakan, “Kejadian pengungsi atau imigran gelap yang terdampar di kepulauan Nias itu sebenarnya sudah sering terjadi. Kejadian kemarin itulah yang baru terekspose oleh media. Biasanya mereka adalah pengungsi atau orang-orang tertindas di negara-negara konflik, seperti Irak, India, Sri Lanka, dan Banglades, yang mencari suaka ke sejumlah negara yang berdekatan wilayahnya dengan mereka.”

Menurut TB Gunawan, selain kedatangan kapal nelayan asing yang dipenuhi oleh pengungsi atau imigran gelap, kepulauan Nias sangat rawan dengan kedatangan nelayan asing yang mencuri ikan di wilayah perairan kepulauan Nias.

“Kapal nelayan asing ini biasanya menggunakan bom ikan, pukat harimau atau potas alias racun ikan. Di wilayah Nias Barat kami akui masih banyak terjadi pencurian ikan dengan menggunakan bom ikan dan pukat harimau. Ini kalo dibiarkan, bisa mengganggu biota laut dan ekosistem laut kepulauan Nias, “

“Kasihan kan nelayan kita, mereka yang terkena dampaknya. Rata-rata nelayan dari kepulauan Nias menangkap ikan dengan menggunakan perahu di bawah 5 gross ton (GT). Ada juga yang memakai perahu 5 GT, tetapi jumlahnya tidak banyak. Bila tangkapan mereka sedikit akibat ikan yang tidak mau mendekat karena ekosistem rusak dan dampak penggunaan potas,” ujarnya.

Selain itu, kata Gunawan, masih ada bentuk kerawanan lain yang sering terjadi di kepulauan Nias, yaitu penyelundupan barang, perdagangan manusia (human trafficking), dan terorisme.

Kendala Utama Pos AL Gunungsitoli


Menjaga perairan kepulauan Nias tentu bukan perkara mudah. Apalagi bila melihat kondisi cuaca kepulauan Nias yang cepat berubah. Selain itu Pos AL Gunungsitoli ternyata tidak didukung sarana yang cukup memadai.

“Kami melakukan patroli rutin di laut seminggu 2-3 kali dengan menyewa kapal nelayan. Meski anggaran terbatas, kegiatan itu tetap kami laksanakan demi menjaga batas perairan kepulauan Nias. Saat ini kami hanya memiliki sebuah perahu karet yang digunakan bila cuaca cerah dan jarak tempuh dekat,” ujarnya.

Mengingat terbatasnya jumlah personel dan begitu luasnya wilayah yang perairan kepulauan Nias, Komandan Posal Gunungsitoli TB Gunawan— yang baru menjabat sebagai Komandan Pos AL Gunungsitoli selama 2 bulan ini—mengatakan, “Selama ini kami berkoordinasi dengan Muspida, Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP), dan Polisi Air dan Udara (Polairud) juga masyarakat khususnya nelayan dalam melakukan kegiatan.”

Tertangkapnya 58 imigran gelap, beberapa waktu lalu, kata Gunawan, merupakan salah satu bentuk koordinasi yang sangat baik dengan berbagai pihak. “Awalnya kami mendapat telepon dari anggota KPLP yang berada di Kecamatan Afulu. Lalu setelah berkoordinasi dengan pihak kepolisian juga Polairud dan Pemkab Nias Utara, semua imigran gelap dapat dievakuasi dari Pulau Wunga. Semoga saja hal ini dapat terus berlanjut, mengingat keterbatasan dalam menjaga peraiaran wilayah kepulauan Nias,” ujar TB Gunawan.

TB Gunawan mengimbau, masyarakat khususnya yang tinggal di wilayah pesisir agar turut menjaga keamanan di perairan kepulauan Nias. Bila mencurigai kapal asing dapat menghubungi petugas KPLP terdekat atau dapat melapor ke Pos AL terdekat. Menjaga keamanan perairan kepulauan Nias adalah tanggung jawab kita bersama.[Ketjel Parangdjati Zagötö]

  Nias  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...